Rabu, 21 Januari 2009

PENGGUNAAN BAHASA DAN TINGKAT INTELEKTUAL SESORANG

Menggunakan bahasa secara baik dan benar merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Saya sendiri didalam menulis tulisan ini masih terdapat kesalahan. Jadi bagi kaum intelektual tolong tulisan saya dibetulkan.

Setiap tahun pada bulan Juni-Juli kita melihat berita mengenai tidak lulusnya siswa SMU atau SMP atau SD. Sebab dari tidak lulusnya siswa tersebut karena ada salah satu atau lebih pelajaran yang tidak memenuhi standar kelulusan dari pemerintah.

Pelajaran yang diuji ada bermacam-macam dan ternyata banyak siswa lulus dalam pelajaran seperti Matematika yang menggunakan logika berfikir. Ini adalah hal positif yang menandakan bahwa logika siswa di Indonesia bagus. Yang menjadi masalah adalah jika kita melihat pelajaran yang membuat siswa tidak lulus. Pelajaran yang membuat siswa tidak lulus ternyata Bahasa Indonesia. Yang jadi pertanyaan adalah mengapa itu bisa terjadi.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang biasa digunakan oleh kita semua sejak kecil. Hal ini membuat penggunaan Bahasa Indonesia tidak hanya menjadi masalah biasa melainkan menjadi masalah serius didalam kebahasaan. Manusia pada dasarnya memiliki berbagai latar belakang kebahasaan. Seperti Bahasa Indonesia yang digunakan di daerah Indonesia Timur berbeda dengan yang digunakan di Indonesia bagian barat. Hal ini bisa kita sebut sosiolinguistik atau bahasa berdasarkan kultur sosial setempat. Sebagai contoh adalah bagaimana melafalkan huruf “F”,”V” dan “P” mungkin sama saja di daerah Jawa Barat. Pemakaian bahasa seperti ini terjadi karena adanya campuran budaya bahasa setempat di Jawa Barat dengan bahasa nasional baku.

Belajar menggunakan bahasa baku atau kita bisa sebut bahasa yang baik dan benar memungkinkan penggunanya untuk bergaul dalam lingkungan formal yang di isi oleh kaum intelektual. Pada dasarnya kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang baik dan benar tergantung dari tingkat intelektualitasnya. Untuk menyampaikan maksud dari seseorang, dibutuhkan intelektual yang tinggi karena inti dari menggunakan bahasa yang baik dan benar adalah menggunakan bahasa yang efektif dan efisien.

Pemakaian bahasa secara efektif dan efisien dapat dijabarkan sebagai berikut :

  • efektif berarti didalam menjelaskan pikirannya tidak menggunakan bahasa yang berbelit-belit secara singkat, jelas, padat dan memakai istilah yang mudah dimengerti;
  • efisien berarti pikiran seseorang yang disampikan jelas maksudnya dan orang yang menerimanya tidak lagi mempertanyakan lagi masalah itu

Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia di setiap jenjang pendidikan adalah untuk memberi kesiapan siswa Indonesia di masa depan untuk ikut didalam lingkungan manusia cerdas atau intelek.

Fakta yang ada adalah ada atau mungkin banyak siswa yang lulus pelajaran logika atau matematika tetapi tidak lulus daiam pelajaran Bahasa Indonesia. Kenapa ini terjadi ? yang harus menjawab adalah tentu siswa sendiri. Kebanyakan siswa sekarang mengikuti bimbingan belajar. Coba tanyakan apa yang dipelajari oleh para siswa?

Guru matematika SMA saya ( namanya tidak sebutkan ) berbicara mengenai rumus sesat. Rumus sesat adalah rumus yang diajarkan oleh pengajar kepada siswa menjelang ujian supaya para siswa bisa mengerjakan soal pada saat ujian. Tetapi syarat dalam mempelajari rumus sesat ini adalah cara ini dapat digunakan hanya pada soal tertentu. Karena itu guru matematika saya lebih memilih untuk melatih saya dengan latihan yang soalnya diambil dari berbagai sumber dan kami kerjakan bersama-sama. Dan hasilnya saya lulus ujian di semua pelajaran.

Pembelajaran rumus sesat ini dilakukan karena pengajar (dapat dikatakan) telah menyerah mengajar siswa yang tidak pernah mengerti logika berpikir matematis. Maka untuk membantu siswa lulus diciptakanlah rumus sesat itu. Dan yang lebih tidak bisa diterima lagi adalah adanya pengajar (menurut teman saya) yang ada di bimbingan belajar tertentu sengaja menciptakan soal-soal supaya rumus sesat nya dapat digunakan dan teruji keampuhannya. Yang berarti rumus yang diajarkan tidak dapat digunakan pada soal lain. Efek lanjutannya adalah siswa menjadi penghafal rumus dan tidak lagi belajar pola berpikir matematis seperti yang diharapkan didalam belajar matematika. Jadi kesimpulannya uang yang dikeluarkan oleh orang tua untuk mencerdaskan anaknya dalam berlogika menjadi seorang penghafal saja.

Apabila seorang siswa menjadi penghafal sejati tanpa logika berpikir maka yang terjadi adalah siswa itu akan menjadi seorang pekerja dengan produktifitas rendah. Produktifitas rendah itu terjadi karena siswa tersebut tidak punya logika yang membuatnya tidak mampu berpikir kreatif. Apabila seseorang tidak mampu berpikir kreatif maka sama saja dengan robot, mempunyai tempat menyimpan data (otak manusia) tetapi tidak mampu berpikir tanpa perintah karena tidak bisa melogikakan situasi. Perilaku yang berkembang adalah siswa ini setelah dewasa akan lebih mudah menuntut yang menandakan orang nantinya akan hilang ditelan zaman (hiperbolisnya).

Lalu jika seseorang dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar, hal itu menandakan seseorang memiliki intelektual yang tinggi. sebagai bukti, kita lihat dimana kaum intelektual berada. Kaum intelektual biasa berkumpul pada tempat yang positif ( tentunya berbeda kategori manusia dengan intelektual rendah ) dengan membicarakan hal yang positif juga. Kaum intelektual biasanya mengunakan bahasa yang mudah dimengerti. Dan bahasa yang mudah dimengerti adalah bahasa yang standar atau telah dibakukan.

Kaum intelktual biasanya santun dalam berbicara, tidak berbicara dengan menghafal tetapi dengan mengerti apa yang sedang dibicarakannya. Dengan mengerti apa yang dibicarakan, maka penyampaian pikiran akan dilakukan dengan sederhana sehingga penyampaian pikiran efektif dan efisien. Penyampaian pikiran secara efektif dan efisien merupakan tanda seseorang berbahasa yang baik dan benar. Maka kaum intelektual pasti menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dan untuk dapat menguji intelektualitas anda, maka dapat diukur dari bagaimana cara anda berbahasa.

Jadi bagaimana dengan orang yang anda anggap intelek tapi tidak mampu memberi definisi-definisi secara sederhana ?

Menurut anda bagaimana dengan orang yang lebih suka menggunakan bahasa yang rumit supaya terlihat lebih ahli ?

Apakah penggunaan istilah yang runit masih menandakan dia adalah orang yang intelek ?

dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin dapat menyinggung manusia yang ingin terlihat pintar yang ada dilingkungan anda. jadi saya sudahi dulu ya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar